Ghalia Dyandra Yauma Aqiella |
“Tok… tok… tok” Terdengar suara ketukan pintu dari kamar udin. “Mas Udin… Mas Udin, bangun mas! Ada surat.” Udin pun terpaksa harus bangun dari tidurnya. Sambil melangkahkan kakinya yang masih sedikit loyo, Udin membuka pintu kamarnya. “Apa sih bik?” Tanya Udin dengan nada sedikit keras. “Ini mas, ada surat.” Ucap bibik. “Dari siapa memangnya?” Tanya Udin lagi. Bibik menjawab “wah, saya gak tahu tuh mas.”
Sambil penasaran Udin bergegas membuka surat itu. Udin sangat terkejut ketika membuka dan membaca surat tersebut. Isi suratnya adalah Hai Udin…Aku Mei dari Sukabumi Kamu mau kan jadi sahabat penaku? Ku tunggu balasan suratmu
Jl. Mekarsari no. 3
Sukabumi, Jawa Barat
Cepat-cepat Udin mengabari dua teman kembarnya Amir dan Umar. Amir dan Umar adalah teman dekat Udin sejak SMP. Amir dan Umar adalah sepasang anak kembar. Selain Amir dan Umar, Udin pun memiliki dua teman wanita bernama Agustin dan Rofiqoh.
Setelah Amir dan Umar berkumpul bersama Udin, Udin segera menceritakan sosok misterius bernama Mei yang mengirimkan surat kepada Udin. “Coba dulu Din kamu balas suratnya siapa tahu penting!” Ucap Umar. Udin pun membalas surat itu.
Sebelumnya bagaimana bisa kamu tahu aku? Tolong jawab kalau kamu mau menjadi sahabatku Mei si wanita misterius itu pun membalas surat Udin.Kamu gak perlu tahu aku tahu kamu darimana. Aku hanya butuh jawaban kamu. Apa kamu mau jadi sahabat penaku? Udin pun membalas surat itu lagi.Baik kalau itu mau kamu . Aku mau jadi sahabat pena kamu kalau itu mau kamu. Setelah hampir satu tahun mereka bersurat-suratan, di hari itu ada yang aneh dengan Udin. Biasanya saat berkumpul bersama Amir, Umar, Agustin, dan Rofiqoh, Udin yang paling bersemangat. Tetapi nyatanya Udin terdiam lemas di atas bangku kantin.“Udin! Kok kamu bengong aja dari tadi? Kenapa? Ada masalah?” Tanya Rofiqoh. Dengan muka gelisah Udin bercerita tentang sahabat penanya. “Aku galau, gak biasanya mei lebih dari satu minggu belum membalas suratku.” Ucap Udin dengan pasang muka kecewa. Serentak teman-teman Udin tertawa mendengar ulah konyol Udin yang sedih hanya karena Mei si sahabat penanya itu. “hahaha.. gak dapat surat dari si sapen(sahabat pena) aja galau. Huhu” ledek teman-teman Udin.
Di tempat lain ternyata Mei sedang menuju ke kota di mana Udin tinggal. Mei ingin sekali menemui Udin. Tapi apa daya, sudah tiga hari Mei berada di kota itu tetapi belum juga berhasil menemukan rumah Udin. Dengan terpaksa Mei tinggal di rumah kost dan untuk membiayai tagihan uang kost Mei berusaha mencari pekerjaan. Tanpa sengaja Mei menabrak seorang pria bertubuh besar. “Maaf pak, saya tidak sengaja. Saya cuma ingin mencari pekerjaan.” Ucap Mei. “Perkenalkan saya Bapak Herman. Kalau anda ingin mencari pekerjaan anda bisa bekerja di kantor saya, jadi OG(office girl) tidak apa-apa kan?”. “Tidak apa-apa pak, saya senang mendapat pekerjaan apapun asalkan masih halal.” Ucap Mei dengan perasaan girang sambil menyunggingkan bibirnya.
Seminggu sudah Mei bekerja di kantor Pak Herman. Pak Herman nampaknya senang melihat pekerjaan Mei yang ulet. Pak Herman pun berniat untuk menawarkan agar Mei tinggal di rumah Pak Herman. Awalnya Mei ragu dan sempat menolak, tetapi pada akhirnya Mei menerima tawaran itu.
Sesampainya di rumah Pak Herman, Mei terkaget bingung karena alamat rumah Pak Herman sama dengan alamat rumah Udin. Kok alamat rumah Pak Herman sama dengan alamat rumah Udin ya? Atau mungkin ini rumah Udin? Semoga benar ini rumah Udin. Harapnya dalam hati.
Setelah mereka berdua masuk ke rumah Pak Herman Mei pun berkenalan dengan Ibu Tuti istri Pak Herman, dan satu lagi dengan anak pak herman. “Hallo, Ibu Tuti istri Bapak Herman.” Sambil berjabat tangan Bu Tuti memperkenalkan dirinya “Saya Mei bu.” “Oh iya. Perkenalkan ini anak saya namanya Udin.” Ucap Pak Herman. Mei memandang Udin tajam dan berbicara dalam hati benar ini pasti Udin sahabat penaku. Begitu pula Udin berbicara dalam hati kok namanya seperti sahabat penaku. Apa mungkin dia? Oh tidak mungkin, pasti hanya namanya saja yang sama.
Sudah sehari Mei tinggal di rumah Pak Herman, tetapi Udin belum juga mau akrab dengan Mei. Udin pun dipaksa oleh orangtuanya untuk bermain dengan Mei. Terpaksa Udin bermain dengan Mei di taman. Ketika bibik sedang menyiram tanaman, tanpa sengaja bibik menyiram Mei dengan air siraman tanaman itu. Sontak saja Mei dan Udin kaget. Udin segera saja memarahi bibik, mereka segera pindah ke teras depan rumah. Mei pun menceritakan pada Udin tentang sahabat penanya itu. Begitu pula denga Udin. Ternyata benar Udin adalah sahabat pena Mei yang selama ini mei cari. Mereka begitu bahagia telah bertemu. Mereka pun menceritakan kejadian ini pada orang tua Udin dan teman-teman Udin.
Tetapi yang masih Udin pikirkan adalah bagaimana Mei bisa tahu tentang dirinya. Akhirnya Mei angkat bicara kalau mei tahu tentang Udin dari sebuah majalah yang menginginkan seorang teman untuk Udin.
Dan pada akhirnya orangtua Mei dan Mei pindah rumah di dekat rumah Udin. Dan Mie pun pindah bersekolah di mana Udin bersekolah. Mereka juga menjadi sahabat yang sangat akrab. “Wah.. wah.. jadi pas deh cowok tiga cewek tiga. Hehehe” Canda salah satu teman Udin.
Sukabumi, Jawa Barat
Cepat-cepat Udin mengabari dua teman kembarnya Amir dan Umar. Amir dan Umar adalah teman dekat Udin sejak SMP. Amir dan Umar adalah sepasang anak kembar. Selain Amir dan Umar, Udin pun memiliki dua teman wanita bernama Agustin dan Rofiqoh.
Setelah Amir dan Umar berkumpul bersama Udin, Udin segera menceritakan sosok misterius bernama Mei yang mengirimkan surat kepada Udin. “Coba dulu Din kamu balas suratnya siapa tahu penting!” Ucap Umar. Udin pun membalas surat itu.
Sebelumnya bagaimana bisa kamu tahu aku? Tolong jawab kalau kamu mau menjadi sahabatku Mei si wanita misterius itu pun membalas surat Udin.Kamu gak perlu tahu aku tahu kamu darimana. Aku hanya butuh jawaban kamu. Apa kamu mau jadi sahabat penaku? Udin pun membalas surat itu lagi.Baik kalau itu mau kamu . Aku mau jadi sahabat pena kamu kalau itu mau kamu. Setelah hampir satu tahun mereka bersurat-suratan, di hari itu ada yang aneh dengan Udin. Biasanya saat berkumpul bersama Amir, Umar, Agustin, dan Rofiqoh, Udin yang paling bersemangat. Tetapi nyatanya Udin terdiam lemas di atas bangku kantin.“Udin! Kok kamu bengong aja dari tadi? Kenapa? Ada masalah?” Tanya Rofiqoh. Dengan muka gelisah Udin bercerita tentang sahabat penanya. “Aku galau, gak biasanya mei lebih dari satu minggu belum membalas suratku.” Ucap Udin dengan pasang muka kecewa. Serentak teman-teman Udin tertawa mendengar ulah konyol Udin yang sedih hanya karena Mei si sahabat penanya itu. “hahaha.. gak dapat surat dari si sapen(sahabat pena) aja galau. Huhu” ledek teman-teman Udin.
Di tempat lain ternyata Mei sedang menuju ke kota di mana Udin tinggal. Mei ingin sekali menemui Udin. Tapi apa daya, sudah tiga hari Mei berada di kota itu tetapi belum juga berhasil menemukan rumah Udin. Dengan terpaksa Mei tinggal di rumah kost dan untuk membiayai tagihan uang kost Mei berusaha mencari pekerjaan. Tanpa sengaja Mei menabrak seorang pria bertubuh besar. “Maaf pak, saya tidak sengaja. Saya cuma ingin mencari pekerjaan.” Ucap Mei. “Perkenalkan saya Bapak Herman. Kalau anda ingin mencari pekerjaan anda bisa bekerja di kantor saya, jadi OG(office girl) tidak apa-apa kan?”. “Tidak apa-apa pak, saya senang mendapat pekerjaan apapun asalkan masih halal.” Ucap Mei dengan perasaan girang sambil menyunggingkan bibirnya.
Seminggu sudah Mei bekerja di kantor Pak Herman. Pak Herman nampaknya senang melihat pekerjaan Mei yang ulet. Pak Herman pun berniat untuk menawarkan agar Mei tinggal di rumah Pak Herman. Awalnya Mei ragu dan sempat menolak, tetapi pada akhirnya Mei menerima tawaran itu.
Sesampainya di rumah Pak Herman, Mei terkaget bingung karena alamat rumah Pak Herman sama dengan alamat rumah Udin. Kok alamat rumah Pak Herman sama dengan alamat rumah Udin ya? Atau mungkin ini rumah Udin? Semoga benar ini rumah Udin. Harapnya dalam hati.
Setelah mereka berdua masuk ke rumah Pak Herman Mei pun berkenalan dengan Ibu Tuti istri Pak Herman, dan satu lagi dengan anak pak herman. “Hallo, Ibu Tuti istri Bapak Herman.” Sambil berjabat tangan Bu Tuti memperkenalkan dirinya “Saya Mei bu.” “Oh iya. Perkenalkan ini anak saya namanya Udin.” Ucap Pak Herman. Mei memandang Udin tajam dan berbicara dalam hati benar ini pasti Udin sahabat penaku. Begitu pula Udin berbicara dalam hati kok namanya seperti sahabat penaku. Apa mungkin dia? Oh tidak mungkin, pasti hanya namanya saja yang sama.
Sudah sehari Mei tinggal di rumah Pak Herman, tetapi Udin belum juga mau akrab dengan Mei. Udin pun dipaksa oleh orangtuanya untuk bermain dengan Mei. Terpaksa Udin bermain dengan Mei di taman. Ketika bibik sedang menyiram tanaman, tanpa sengaja bibik menyiram Mei dengan air siraman tanaman itu. Sontak saja Mei dan Udin kaget. Udin segera saja memarahi bibik, mereka segera pindah ke teras depan rumah. Mei pun menceritakan pada Udin tentang sahabat penanya itu. Begitu pula denga Udin. Ternyata benar Udin adalah sahabat pena Mei yang selama ini mei cari. Mereka begitu bahagia telah bertemu. Mereka pun menceritakan kejadian ini pada orang tua Udin dan teman-teman Udin.
Tetapi yang masih Udin pikirkan adalah bagaimana Mei bisa tahu tentang dirinya. Akhirnya Mei angkat bicara kalau mei tahu tentang Udin dari sebuah majalah yang menginginkan seorang teman untuk Udin.
Dan pada akhirnya orangtua Mei dan Mei pindah rumah di dekat rumah Udin. Dan Mie pun pindah bersekolah di mana Udin bersekolah. Mereka juga menjadi sahabat yang sangat akrab. “Wah.. wah.. jadi pas deh cowok tiga cewek tiga. Hehehe” Canda salah satu teman Udin.
By: Ghalia Dyandra Yauma Aqiella
Comments
Post a Comment