Skip to main content

Posts

Showing posts with the label GOPE

Cerita Rakyat Maluku

Berpuluh - puluh tahun yang lalu, sekitar tahun 1521 bangsa - bangsa barat seperti Portugis dan Spayol datang ke Maluku dengan tujuan untuk mencari rempah - rempah. Pada awalnya ke duanya di sambut dengan suka cita oleh Ternate dan Tidore, namun lama - kelamaan terjadilah persaingan dagang antara bangsa Portugis dan bangsa Spanyol. Kedua kerajaan di Maluku seiring berjalannya waktu saling bermusuhan antara Tidore dan Ternate, disebabkan karena Ternate yang bersekutu dengan Portugis menyebabkan kecemburuan pada kerajaan Tidore yang menyebabkan Tidore bersekutu dengan Spanyol. Pada tahun 1529, terjadi perlawanan antara rakyat Tidore melawan Portugis, hal ini disebabkan karena Portugis menembaki kapal - kapal jung - jung milik Belanda yang akan membeli cengkih ke Tidore. Dengan bantuan Spanyol, maka Tidore melawan Portugis, sementara Portugis juga dibantu oleh Ternate. Munculah perlawanan antara keduanya dan perlawan tersebut berhasil dimenangkan oleh bangsa Portugis. Tahun demi ...

Indahnya Negeri Ku

Indahnya Negeri Ku Membuka bersama angin Menghiasi di seberang lautan Memecah keheningan diantara raksasa Dua pulau mengembara kian meraksa Lambaian tangan terkukuh Membentang melambai melayang mengangkasa Jiwa dan sanubari terurai bersamanya Hijau puncaknya Akatnya terkurai hingga menembus seulai Antariksa tau akan nuasa indah gemulai Sejuk sudah alam ini Bukankah Tuhan Maha Adil? Walau kau harus mengambil bagiannya secuil Alam termasyur hingga ke jagat raya Banyak pulau diantara lautan Burung bermigrasi Bentangan zambrud khatulistiwa Dianugerhkan lautan luas Lingkungan serasa asri nan sejuk Akankah tetap menjadi alamnya nan lestari? Karya : Firda Nova Oktariani

Kuncup, manusia tak sebaik dulu.

Bangun, buka matanya dan tersenyum. Kuncup, kuncup, kuncup. Seolah kelopak yang malas terbuka. Bukan malas. Hanya saja, belum waktunya. Mentari terlalu indah pagi ini. Sangat hangat dan nyaman, sungguh. Ingin seperti ini saja kalau bisa. Karna musim kemarau itu, membosankan. "Aku, menunggu diriku mekar!" katanya dengan... Terlampau bersemangat? "Ibu, aku pasti akan sangat indah nantinya. Aku akan tumbuh jadi bunga yang cantik! Daunku akan hijau dengan lebat. Aah aku tidak sabar lagi." Tanaman itu, ah tidak. Lebih tepatnya, ibunya? Hanya dapat tersenyum miris. "Terus saja bermimpi, kau..." Dia menjeda kalimatnya, tidak sanggup untuk melanjutkan. Suaranya lembut, lebih tapatnya... lemah? "Ibu! Ibu akan melihatku menjadi cantik, kan?" "Em, tentu saja." "Iya, pasti." "Mungkin,kau memang akan tumbuh jadi bunga yang sangat hebat. Tapi disamping kehebatanmu, kau juga harus kuat." Kuncup menyernyit...

Azkeyla

Pagi hari, matahari belum menampakan sinarnya terlalu terang. Azka, cowok yang memiliki sifat dingin, cuek, dan irit bicara. Sosok cowok yang disegani banyak wanita karena wajahnya yang sangat tampan, dengan katampanannya yang diatas rata - rata. Ia tengah memasuki setiap lorong demi lorong untuk memasuki kelasnya, kelas XI IPA 1. Dengan setiap langkahnya, membuat cewek - cewek di SMA Verias menahan napasnya. Azka tak memedulikan para wanita itu, ia terus saja berjalan. Tanpa ia sadari, sosok wanita merangkul pundaknya. Azka enggan merespon, ia kemudian menepis tangan itu dan tetap berjalan menuju kelasnya. Azka, memasukan tangannya ke dalam saku celananya, ia berjalan ke kelas sambil bersiul. "Hai, Azka!" sapa seorang cewek ketika ia sudah masuk ke dalam kelas. Azka tetap saja tak merespon sedikit pun, ia kemudian meletakan tasnya. Azka, menutup telinga nya dengan memakai handset , sebelum cewek itu mengatakan hal - hal buruk tentangnya, yang dapat membuat m...

Pilihan?

Anatasya, sosok gadis periang dan cerdas dengan ciri khas kaca mata yang ia kenakan. Anatasya Putri Meilani. Siswi SMA Paramdya yang terkenal dengan prestasi akademiknya se kota Jakarta. Anatasya, tengah berlari dan menyusuri koridor sekolah. Ia menyadari bahwa dirinya sudah amat terlambat. Keringat terus saja bercucuran hingga membasahi wajahnya. Dalam hatinya, ia terus saja mengutuk kakak nya. Anatasya membuka pintu kelasnya yang menunjukan kelas XI IPA 1. Wajahnya yang tadi pucat berubah menjadi sedikit lega, ia menghembuskan nafasnya dan menghempaskan tubuhnya di kursi. "Tumben lo telat?" tanya Farah. "Gara - gara kakak gue," jawab Anatasya yang masih berkeringat. Brak!! Suara pintu terbuka, membuat seluruh pandangan mata tertuju pada sosok yang tengah berdiri di ambang pintu. Ia berjalan dengan santainya menuju bangku miliknya. Bola mata hazel milik cowok itu melirik dan menatap Anatasya. Anatasya menyadari akan hal itu, kembali menatap cowok itu...

Uluran tangan persahabatan

       Uluran Tangan Persahabatan Angin berhembus sepoi - sepoi ke arah  Meisha. Seorang putri cantik dari kerajaan Pasai, rambutnya kini diterjang oleh hamparan angin yang lembut. Matanya yang jernih. "Tuan putri, anda sudah ditunggu baginda raja di ruang makan." ucap pelayan istana. Meisha terdiam sejenak, sampai akhirnya dia mengangguk. Kini, dia memakai sepatu dan berjalan menuju istana berwarna putih dengan berlian di sekelilingnya. Kini, Meisha tengah duduk dijajaran orang - orang di istananya. Termasuk sang ayah tercintanya, dia adalah orang tua satu satu nya. Sampai akhirnya, dia memiliki seorang ibu tiri. "Meisha, kamu mau makan apa sayang? Ibu akan ambilkan!" kata Ratu Amirah. Meisha hanya tersenyum kecut, dia tak ingin melihatnya. Meisha bersikap acuh tak acuh pada ibu tirinya. Dia tau, kalau ibu tiri itu jahat. "Yah, Meisha ke kamar. Udah ga nafsu." jawab Meisha sambil memalingkan muka, tanpa izin dari ayahnya, dia langsung pergi d...

Pergi dan kembali lagi

Anggap saja aku sudah tidak dibutuhkan lagi, anggap saja aku telah hilang dimakan singa. Itulah hidup ku yang selalu ku rasakan, rasa bersalah, rasa penyesalan, rasa ingin pergi, aku tak ingin dilahirkan seperti ini, jika pada akhirnya harus melihat keluarga ku yang seperti ini. Aku Maudya Sarfik. Anak dari seoarang pengusaha kaya di Indonesi. Aku tak menyangka bahwa hidup ku akan berubah seperti ini, aku juga tak menyangka bahwa aku akan kehilangan kakak ku, ketakutan yang selama ini ku rasakan sejak aku duduk di kelas IX SMP, sekarang ketakutan itu telah terjadi setelah aku sah menjadi anak SMA. Harusnya kini aku sudah menikmati masa - masa putih abu - abu ku, namun tetap tak bisa hal ini karena ayah ku yang selalu mengekang ku. Aku selalu mematuhi perintahnya, namun sekarang tidak lagi. "Maudy!" teriak Ibu sambil memegang erat tangan ku, dengan wajah yang sudah dibahasahi oleh tangisan air mata, dimana hal ini tak ingin ku lihat dan tak ingin ku dengar. "Bunda, ...

Dewi Hutan

Terlihat cahaya putih Membentang hingga ke cakrawala Menarik bak bulan separuh Menarik perhatiannya Menjaga hati Menjaga hutan Menanam sang jati Menahan hutan dari amukan Sang rimba datang Dewi selamatkan Rimba menerjang Dewi pun melenyapkan Diam dalam dukapan Cara terbaik tuk kehidupan Sang dewi penjaga hutan Menyelamatkan hutan safara ini Dewi..... Dia yang menangkap fajar Dengan tangan mulianya Dia yang menjaga akar Dengan tangannya Dia mengkap cahaya hingga terbakar tangangannya Karya : Firda Nova Oktariani

perindu malaikatku

Dalam kegelapan sunyi Seperti tak punya hati Kau sayat hati ini Tanpa henti... Aku rindu masa lalu Bukan masa burukku Namun.... Satu masa indahku Bersama dia,malaikatku Kuharapkan kehadiran malaikatku Ada dalam dirimu Namun... Hanya angan belaka Karena takan menjadi nyata Di langit gelap gulita Aku kepada - Nya meminta Menghadirkan malaikatku Meski hanya lewat mimpiku Diwajahku air mata berlinang yang selamanya kukenang Aku candu akan rindu.. Bersamamu....malaikat ku Ibu..... Karya : Meli Isti Rohmah

Kehancuran

Termangu dalam dukapan Membayangkan sebuah kenangan Menjelajah di atas kepala Menangis tiada tara Menjemput kenangan lama Tulisan telah diukir Dalam sebuah cerita Dunia belum berakhir Jangan pernah putus asa Akankah jejak jekak pahlawan sirna Disirnahkan anak negeri Yang punah karenanya Pembunuh dari belantara Akankah dunia berkhir dramatis Atau bahkan sebaliknya Mengumpat memaki mencaci Membuat dada ini sesak Sebuah kata kata kejam telah terlontar Dari mulut serigala Akankah takdir terus berjalan Akankah bumi terus berputar Mengikuti keadaan zaman Sesuai dengan alur Karya : Firda Nova Oktariani

Lomba Terakhir di Musim Gugur

Di sebuah ruang Osis SMA Bakti Madya, dimana hanya ada Naila, nama lengkapnya Sarham Naila. Wanita cantik, tinggi, pintar, serta baik. Dia duduk di bangku SMA kelas XI IPA 1. Ditemani dengan sahabat semasa ia kelas IX namanya Anggita. “Anggit tolong berikan surat surat yang nantinya buat lomba!” pinta Naila pada Anggita yang sedang duduk santai di sofa. Dengan masa Anggita mengambilkan surat itu dan menyerahkannya ke Naila yang sedang fokus mengetik seseuatu di komputer. “Thanks git.” Ucap Naila dengan mata masih menatap komputer, sedangkan Anggita hanya menganggukan kepalanya. Tiba tiba seseorang laki laki perawakan tinggi, tampan, baik, dan Ketua Osis ya Aditya namanya. Seorang ketua Osis di SMA Bakti Madya, dia banyak penggemaranya. “Naila!” teriak Adit dari ambang pintu. “Apa?” tanya Naila dengan malas. “gimana dengan lombanya?” tanya Adit “Lo tenang aja, ini bakalan lomba terakhir yang paling berkesan.” Jawaban ari Naila “Okey, intinya gue terima beres.” Jawab adit “i...

Nada dan Melodi

Menggapai sebuah asa Dalam kejayaan malam yang sunyi Mengutarakan nada nada dan melodi Membenturkan kenangan lama Membuahkan jiwa Menuliskan kenangan bersama Merajut bersama nada Melolong bersamanya Meneriaki dengan sejiwa Membentuk wajah duka Melodi telah hilang Direbut sang jalang Menepis dibuang Menghilang Berjalan lalu lalang Diam diam diam Dalam sunyi Dalam duka Dalam dukapan Melodi bernyanyi Nada berirama By: Firda Nova Oktariani

Melodi Waktu

Melodi-melodi waktu berputar Meninggalkan apa yang dilaluinya Dia yang tak kan pernah berhenti Dia yang tak kan pernah kembali Walau hanya sedetik Dia terus berjalan Menyimpan beribu kenangan Mengingatkan akan sebuah arti Ari kecil dari sebuah waktu Menuntun ku pada lorong waktu Memisahkan pada masa lalu ku Bisu dalam keramaian Sepi dalam kedekatan Mengingatkanku akan arti hidup Hidup yang amat singkat Sesingkat waktu ini Tak tau kapan kembali By: Anfi Pratiwi

Kisah Sang Legenda

Langit mendung menyelimuti Desa Mawang Taruna. Bersamaan dengan kedatangan Vania gadis cantik, mungil, bertubuh tinggi sekitar 167, berambut hitam tebal lurus dan panjang. Banyak sekali warga - warga di Kampung Mawang Taruma menyambut kedatangannya setelah kemenangannya dan menjadikannya sebagai Miss Indonesia 2018. Namun kabar duka terjadi setelah kepulangannya adik tercintanya Zaqi mengalami kecelakaan yang menyebabkan nyawanya hilang, akibat kecelakaan tersebut hati Vania menjadi remuk. Langkah demi langkah ia lalui namun ia tetap tak bisa menghindar dari kenyataan. " Aku tidak tahu, Apa kesalahan ku pada mu?" Tanya Vania kepada dirinya sendiri sembari memegang foto yang berbingkai bunga itu. " Kenapa kau masih saja meratapi kesedihan? Bukan salah mu jika kau menjadi Miss Indonesia. Ini semua takdir nak." Jawaban Ibunda membuat Vania tersadar dalam kesedihan. " Aku sudah melupakan semuanya Bu. Tapi aku menyalahkan diri ku sendiri akibat kematian Za...

Coretan di atas kertas

Mentari telah tenggelam kembali keterpaduan Harum semerbak wewangi bunga Menghiasi taman ini Jauh di kota Nan permai Suasana lembut melambai - lambai Seseorang datang mengenakan jubah Yang berwarna hitam Dengan membawa kertas Dengan bernodakan darah di tangnnya tak seberapa pentingnya kain lusuh Yang mereka gunakan Untuk membalut luka Wajahnya dipenuhi dengan luka Tetesan keringat telah tercium Cucuran air mata Telah menetes ke bumi Kapankah perang ini sirna Kapankah secarik kertas terisi Kapankah tetesan darah ini akan hilang Aku hanya bisa merenungi tetesan di secarik kertas By: Firda Nova Oktariani.

Bulan Matahari

Bulan... Sinarmu membuat jalan ku terang Menyusuri setiap tapak kehidupan Disetiap kegelapan Secercah kegelapan muncul dalam dirimu Cahaya mu... Menunjukan jalan kehidupan Kemana ku harus melangkahkan kaki Membawaku pada jalan yang lurus Mengayunkan langkah demi langkah Mendampingi dalam sunyinya malam Sampai waktu yang mengubahnya Detik-detik waktu lah terus berputar Mebawa Mentari kembali Sinarnya yang terang Membuat dunia ini berwarna Membangunkan setia jiwa Tuk ukir cerita hidupnya Baik tawa maupun tangis Menyelimuti cerita ini Matahari siang Bulan malam Selalu berikan ku cahaya Walaupun punya arti beda Tapi tujuannya sama Menerangi bumi ini By: Anfi Pratiwi

Cahaya Putih

Setiap tetesan embun Selalu menetes dipipinya Yang terbaring lemah di tanah Wajahnya yang kusal Membuatnya terlelap Ayat ayat nan syahdu Terdengar di telinganya Membuat matanya Menjadi bersinar Secarik kertas Telah tertutup dengan tinta Cahaya terang, nan elok Telah redup Syair demi syair Selalu terngiang Suara Akbar telah terdengar Gemerincing tasbih Telah diucapkan Suasana nan indah Senja telah bersinar Membuat suasana asri Ketenangan telah menyelimutinya Dari buku - buku yang telah tua By: Firda Nova O.

Milikku Milikmu

Pohon dan dedaunan Telah kau sulap menjadi golek Seribu bahasa telah bersatu Bukannya air dan gunung Yang telah di pindah tangankan Tapi bumi Telah kau pindah tangankan Dari satu biji Telah tumbuh seribu budaya Dari seribu budaya telah menjadi satu kesatuaan Air dan udara Telah melebur menjadi satu Sansakerta Itu bahasaku Itu tulisanku Itu milikku Acuan demi acuan Telah menjadi satu Naungan demi naungan Telah menjadi perlindunganku Bukanya ini nyata? Dan benar-benar ada Itu bukan hanya sebuah kisah Tapi sebuah budaya Puisi by : Firda Nova

Emansipasi Wanita "katanya"

Emansipasi Wanita Katanya      Dini dan Mitha tengah bersantai di kantin sekolah seraya bercengkrama untuk melepas penat usai pelajaran PPKN tadi yang membahas tentang emansipai wanita. Mitha memainkan ponselnya kemudian berdecak seraya melirik Dini. “ Nih Din, baca updatetan status anak zaman sekarang. Nih aku bacain yah..” “ Mau kamu apa sih, padahal sudah ku korbankan segalanya buat kamu. Tapi kenapa kamu tinggalin aku.” Ucap Mitha dengan mimik yang dibuat-buat Dini terlihat santai, dia hanya menggeleng. “ Di zaman yang sudah canggih ini Kartini Kartini kecil sudah terlahir. Entah sabagai penerus Kartini atau berubah menjadi Kartinem.” Ucap Dini   “ Para wanita terbelenggu oleh kelimat emansipasi, padahal mereka tidak tau makna dari kata ‘emansipasi’ yang sebenarnya.” “ Zaman sekarang para wanita yang beraksi di depan pria, bahkan ada yang sampai melamar pria terlebih dahulu. Para wanita menyuruh suami-suami mereka untuk mengurus r...

TIKUS METROPOLITAN

Jalan metropolis jadi saksi Para tangan kecil yang menganga Berharap turun seperak receh Dari langit milik dewa negara. Keadilan... dimana  keadilan ? Mungkin sedang tertidur pulas ? Para tikus kantor dibiarkan Rakyat kecil jadi korban Konyol...sungguh konyol Saat aku menyaksikan Para tikus kantor yang dihormati Dibiarkan dan bahkan dilayani Terlebih konyol saat aku mendengar Nenek tua mengambil sepotong pisang Hukum bukan main Hati ini sungguh miris Inikah keadilan ? Itu  tidak akan jadi masalah Ketika kami juga bisa seperti itu Tapi kami bukan orang bodoh !  Puisi by: Peni Panjrah