Emansipasi Wanita
Katanya
Mitha memainkan ponselnya kemudian berdecak seraya melirik Dini. “ Nih Din, baca updatetan status anak zaman sekarang. Nih aku bacain yah..”
“ Mau kamu apa sih, padahal sudah ku korbankan segalanya buat kamu. Tapi kenapa kamu tinggalin aku.” Ucap Mitha dengan mimik yang dibuat-buat
Dini terlihat santai, dia hanya menggeleng. “ Di zaman yang sudah canggih ini Kartini Kartini kecil sudah terlahir. Entah sabagai penerus Kartini atau berubah menjadi Kartinem.” Ucap Dini
“ Para wanita terbelenggu oleh kelimat emansipasi, padahal mereka tidak tau makna dari kata ‘emansipasi’ yang sebenarnya.”
“ Zaman sekarang para wanita yang beraksi di depan pria, bahkan ada yang sampai melamar pria terlebih dahulu. Para wanita menyuruh suami-suami mereka untuk mengurus rumah, sementara para istri sibuk bekerja. Apakah hal itu bisa disebut sebagai emansipasi wanita? Mereka menggunakan ungkapan itu hanya untuk memenuhi keinginan mereka sendiri. Mungkin di masa depan para wanita akan menyuruh suami mereka untuk melahirkan sekaligus menyusui anak mereka dan itu pun kalau bisa.” Jelas Dini,
Mitha hanya manggut-manggut saja dia berdecak kagum pada pemahaman gadis pintar ini.
“ Ya, emansipasi memang benar. Tapi itu boleh diatas namakan untuk kepentingan yang menyangkut umum seperti pendidikan kaum wanita dan harga diri kaum wanita yang tidak boleh ditindas oleh kaum pria. Tapi tidak boleh sampai melampaui batas seperti ini hingga wanita kehilangan harga diri dan kemaluannya karena perilakunya sendiri yang mengatas namakan emansipasi.” Mitha ikut menambahkan.
“ Iya Mith, dan jangan sekalipun wanita berkata jika dia sudah mengorbankan segalanya untuk kaum pria, itu adalah kelemahan mereka. Yang sebenarnya mereka korbankan hanyalah harga diri mereka sendiri. Jadi berhati-hatilah.”
Mitha dan Dini tersenyum seraya melambai ke kamera, rupanya Mitha mengupload pembicaraan mereka tadi ke youtube supaya banyak yang melihat dan mampu mengambil hikmah dari apa yang mereka bahas. Jika gadis SMA seperti mereka saja bisa berfikir luas seperti itu mengapa yang lain tidak.
Dini menyeruput es lemonnya sembari mengacungkan jempol pada Mitha. Dan pembicaraan mereka berlanjut hingga bel berbunyi.
***
(Cerpen by : Ayuni Kurnia)
Comments
Post a Comment