“Mah ! Mah ! Mah ! ”, teriak Noval.
“Ada apa, Val? Pagi-pagi udah
teriak-teriak. Udah siang begini belum berangkat ke sekolah. Lagi ngapain aja
sie?”, kata Bu Imel dengan nada sedikit keras.
“Ini sepedaku bannya bocor, nggak bisa
berangkat ke sekolah, Mah.”, kata Noval penuh emosi karena hari sudah siang
untuk jam anak berangkat sekolah yang rumahnya agak jauh dari rumah.
“Mama ya nggak tau. Kan yang pakai
sepeda kamu. Tanya adikmu saja, mungkin dia kemarin pakai.”
Seketika itu, Noval pergi ke meja
makan karena adiknya sedang sarapan.
“La, kamu apakan sepeda kakak?”, tanya
Noval langsung tanpa basa basi.
“Adila nggak tau, Ka. Kemarin kan di
pinjam Ka Ukji, terus waktu dikembalikan Adila bilang taruh di garasi aja. Nah,
setelah itu Adila nggak tau lagi.”, jawab Adila menjelaskan.
“Ya sudah, Val. Kamu berangkat sama
ayah dulu hari ini. Nanti pulangnya biar mama yang suruh jemput kalau kamu nggak
mau naik kendaraan umum. Dari pada sekarang di tambal, nanti kamu jadi telat
berangkat ke sekolah.”, kata ayah Noval menenangka hati anaknya itu.
“Iya, yah. Tapi jangan kesiangan,
soalnya Noval jam pertama ada ulangan matematika.”
“Iya. Nunggu adikmu selesai makan
dulu.”
Beberapa menit kemudian, Adila selesai
makan. Setelah itu mereka berpamitan kepada Bu Imel yang sedang menyiram bunga
di taman depan. Noval diantar terlebih dahulu ke sekolahnya yaitu SMPN 12
Semarang. Selanjutnya baru mengantarkan Adila ke SDN 18 Semarang, karena
jaraknya lebih jauh.
Ketika sampai di sekolah, sudah pukul
06.50 dan 10 menit lagi bel tanda masuk sekolah berbunyi. Biasanya Noval sampai
di sekolah jam 06.30. Perasaan Noval sudah tidak enak karena kejadian tadi pagi
di rumah. Apalagi ditambah dengan rencana ulangan matematika pagi ini.
“Pagi anak-anak..”, ucap guru
matematika, Bu Hana, menyapa anak didiknya di kelas VIII A.
“Pagi, Bu Hana.”, jawab anak-anak
kelas VIII A serentak.
“Baiklah, mari kita berdoa
bersama-sama menurut agama dan kepercayaan masing-masing sebelum pelajaran kita
mulai. Berdo’a dimulai !”, ucap Darma selaku ketua kelas memimpin.
Selesai berdo’a, Bu Hana mengeluarkan
soal ulangan harian. Noval sangat tegang dan takut, karena matematika merupakan
pelajaran yang kurang ia sukai. Salah satu penyebabnya ialah menghitung. Noval
lemah dalam hal berhitung, akan tetapi ia sangat mahir dalam menghafal. Bu Hana
lalu membagikan soal kepada setiap anak. Bu Hana tidak terlalu khawatir
anak-anaknya itu akan mencontek, karena satu orng memiliki satu meja tersendiri
dari anak yang lainnya.
Ketika Bu Hana sampai di meja Noval,
“Noval ! Sudah belajar kan? Jangan tegang ! Kamu lap itu kringetnya.”, kata Bu
Hana dengan lembut yang melihat Noval tegang.
“Iya, Bu.”, kata Noval sedikit malu
dan tersenyum. Bu Hana juga membalas dengan senyum kepada Noval.
Selesai ulangan, Noval hanya bisa
pasrah dengan hasilnya. Tapi yang ia rasakan saat mengerjakan berbeda dengan
biasanya. Ulangan kali ini ia rasa sedikit lebih mudah. Harapan ia, ia bias
mendapat nilai di atas KKM dan tidak seperti biasanya yang selalu di bawah KKM.
Hari ini ia pulang dengn kendaraan
umum. Noval tidak mau merepotkan ibunya untuk menjemput. Ia juga tidak mau
manja, kerena cuman gara-gara sepedanya bocor. Lagi pula naik kendaraan umum
juga asyik, karena dapat pulang rame-rame bersama teman.
Sesampainya di rumah, Noval melihat
Ukji berada di sana. Sebenarnya ia marah sekali pada Ukji karena tidak
bertanggung jawab terhadap sepedanya.
“Akhirnya kamu pulang juga, Val. Pulang
sekolah aku sengaja langung ke sini. Maafin aku ya? Karena sepedamu bocor.”,
kata Ukji setibanya Noval menginjakkan kaki di teras rumahnya.
“Kok kamu nggak bilang dulu sie sama
aku kemarin?”, kata Noval dengan nada kecewa.
“Maafin aku, Val? Masudku bukan
begitu. Beini lho ceritanya. Kan kemerin waktu aku uda sampai di depan rumahmu,
tiba-tiba bannya bocor dan ternyata di depan rumahmu ada paku. Waktu aku masuk
ke rumahmu, aku tanya Adila kamu mana. Kata Adila kamu sedang tidur. Jadinya
aku taruh di bagasi. Aku ingin member tahu Adila, tapi takut ia nggak maksud.
Kan Adila masih kecil.”, jawab Ukji menceritakan kejadiannya.
“Maafin aku ya, Val?”, lanjutnya.
“Iya-iya deh.”, jawab Noval singkat.
“Ya udah, nanti jam 02.00 aku ke sini
lagi. Aku mau bawa sepedamu ke bengkel buat ditambal. Aku pulang dulu ya.
Bye..”, kata Ukji berpamitan.
“Iya.”, jawab Noval. Kemudian Noval
masuk ke dalam rumah. Ia berganti pakaian kemudian makan siang. Selesai mkan
siang, Noval menonton televisi sambil menunggu Ukji datang. Beberapa menit
kemudian, Ukji datang dengan membawa sepedanya yang sudah selesai di perbaiki.
Ketika di perjalanan, Ukji memberi
tahu Noval bahwa tanggal 17 Agustus nanti akan diadakan sepeda santai dengan
doorprize yang menarik. Salah atu hadiah tersebut adalah sepeda Poligon. Sepeda
itu merupakan sepeda yang diinginkan Noval sejak dulu. Tapi ayahnya tidak mau
membelikan, karena sepeda Noval yang sekarang masih bagus. Noval semakin ingin
mengikuti sepeda santai dalam rangka memperingati HUT RI ini. Selesai menambal
sepeda Noval, mereka bersepeda keliling kelurahan yang mereka tempati sembari
menikmati suasana sore hari ini.
Tiba waktunya Peringatan HUT RI. Semua
warga antusias dalam berpartisipasi mengikuti sepeda santai. Mereka mengajak
anak dan sanak saudara mereka agar terasa lebih bermakna. Tak terkecuali keluarga
Noval juga mengikui.
Pagi ini Noval telah berkumpul bersama
dengan teman-temannya. Seperti biasa, mereka telah mencuci sepedanya sebelum
mereka pakai untuk bersepeda bersama-sama. Suasana pagi ini sangat begitu
ramai. Selain sepeda antai juga terdapat berbagai perlombaan lainnya yang juga
mengasyikkan dan dilaksanakan sebelum pengumuman pembagian doorprize.
Setelah semua perlombaan selesai,
Noval telah berdiri di bagian depan panggung. Satu per satu doorprize dibagikan
sesuai dengan nomor undian yang terambil. Hingga pengumuman yang terakhir
adalah untuk hadiah berupa sepeda. Noval sangat berharap dapat mendapatkan
sepeda tersebut. Noval berdo’a agar yang terambil adalah nomor undiannya.
“Ya, inilah pemenang yang mendapatkan
hadiah utama kali ini, yaitu denga nomor undian 080512.”
Noval sangat bahagia karena nomor yang
terpanggil adalah nomor undiannya. Ia sangat bersyukur karena do’anya telah
dikabulkan. Kemudian Noval naik ke atas panggung. Semua teman-teman Noval
senang karena sepeda itu dapat didapatkan oleh teman mereka. tak terkecuali
keluarga Noval juga sangat bahagia karena pada akhirnya anak mereka dapat
mendapatkan sepeda yang diinginkannya.
^^ SELESAI ^^
Pengarang : Itsna Maulida Nur Hidayah
Comments
Post a Comment