SMANDA UpDate
Tidak hanya perusahaan, SMANDA rupanya juga mempunyai kemampuan menghasilkan suatu produk yang berkualitas. Sub unit Life Skill misalnya, akhir-akhir ini mereka sedang banjir order pembuatan nata de coco. Dita Setiyo Fani yang merupakan anggota Life Skill itu sendiri menuturkan antusias nya menghadapi pesanan konsumen dari masyarakat luar SMANDA. "Pengalaman pertama yang mengesankan buat saya, bisa menambah pengetahuan tentang tutorial membuat suatu produk yang nikmat." ujarnya Rabu (27/11) kemarin.
Proses pembuatan nata de coco diawali dengan pembersihan peralatan agar steril, dlanjutkan dengan penyaringan sari kelapa, untuk sari kelapa itu sendiri di pesan khusus kepada penjual. Selanjutnya perebusan sari kelapa sampai mendidih, dan pencampuran bahan-bahan lainnya. Setelah semua tercampur rata dan mendidih, langkah terakhir adalah pendinginan dalam nampan yang telah disipakan dan didiamkan dalam jangka waktu kira-kira satu minggu.
Rupanya pembuatan produk nata de coco tak semudah membalikkan telapak tangan, pasalnya dengan jumlah pesanan sebanyak 30 kg, mereka cukup kewalahan untuk menyelesaikannya tanpa kekecewaan dari konsumen. "Banyak kendala dalam proses pembuatan, sibuk namun tetap menjalani dan memanfaatkan kesempatan dengan baik." ujarnya. Mengenai cara pendistribusian, mereka serahkan kepada pembina ekskul itu sendiri yaitu Ruswati, Heni Saraswati, dan Warno. Dengan keadaan banyak pesanan seperti sekarang ini, Dita berharap Life Skill bisa tetap maju dengan menghasilkan produk berkualitas yang dikenal masyarakat luas, serta menjaga kekompakan dan mengkoordinir kinerja kerja anggota dengan baik. "Saya ingin mengembangkan semua produk dari Life Skill lebih dikenal masyarakat, tidak hanya nata de coco." harapannya mengakhiri pembicaraan.
Tidak hanya perusahaan, SMANDA rupanya juga mempunyai kemampuan menghasilkan suatu produk yang berkualitas. Sub unit Life Skill misalnya, akhir-akhir ini mereka sedang banjir order pembuatan nata de coco. Dita Setiyo Fani yang merupakan anggota Life Skill itu sendiri menuturkan antusias nya menghadapi pesanan konsumen dari masyarakat luar SMANDA. "Pengalaman pertama yang mengesankan buat saya, bisa menambah pengetahuan tentang tutorial membuat suatu produk yang nikmat." ujarnya Rabu (27/11) kemarin.
Proses pembuatan nata de coco diawali dengan pembersihan peralatan agar steril, dlanjutkan dengan penyaringan sari kelapa, untuk sari kelapa itu sendiri di pesan khusus kepada penjual. Selanjutnya perebusan sari kelapa sampai mendidih, dan pencampuran bahan-bahan lainnya. Setelah semua tercampur rata dan mendidih, langkah terakhir adalah pendinginan dalam nampan yang telah disipakan dan didiamkan dalam jangka waktu kira-kira satu minggu.
Rupanya pembuatan produk nata de coco tak semudah membalikkan telapak tangan, pasalnya dengan jumlah pesanan sebanyak 30 kg, mereka cukup kewalahan untuk menyelesaikannya tanpa kekecewaan dari konsumen. "Banyak kendala dalam proses pembuatan, sibuk namun tetap menjalani dan memanfaatkan kesempatan dengan baik." ujarnya. Mengenai cara pendistribusian, mereka serahkan kepada pembina ekskul itu sendiri yaitu Ruswati, Heni Saraswati, dan Warno. Dengan keadaan banyak pesanan seperti sekarang ini, Dita berharap Life Skill bisa tetap maju dengan menghasilkan produk berkualitas yang dikenal masyarakat luas, serta menjaga kekompakan dan mengkoordinir kinerja kerja anggota dengan baik. "Saya ingin mengembangkan semua produk dari Life Skill lebih dikenal masyarakat, tidak hanya nata de coco." harapannya mengakhiri pembicaraan.
Report by: Dias Pradika
Redaktur: Nurhalisa Tri Padma
Comments
Post a Comment