Waktu menunjukan pukul
04.00. Jam alarm Lida berbunyi membangunkan dari bunga tidurnya. Matanya mulai
membuka dan meraih alarmnya untuk dimatikan. Hari ini adalah hari pertamanya
untuk masuk sekolah setelah sekian lama libur. Mulai pagi ini Lida telah
menjadi anak SMP dan meninggalkan statusnya sebagai anak SD. Sekolah yang akan
LIda tempati jauh dari rumahnya, berbeda dengan sekolahnya sewaktu SD yang
hanya berjarak 150 meter. Karena hal itulah ia harus bangun lebih pagi dari
biasanya. Ini adalah suatu hal baru yang harus ia jalani.
Pagi ini Lida malas sekali bangun, tapi ia harus bangun
untuk memulai aktivitas barunya. Lida masih merebahkan badannya di kasur.
Mencoba mengembalikan semangatnya lagi.
Beberapa bulan ini, Lida sedang sibuk-sibuknya
mempersiapkan untuk UASBN. Rasa takut dan rasa khawatir mengecewakan kedua orang
tuanya selalu menghantui. Oleh karenanya, Lida berusaha keras agar meraih nilai
yang dapat membanggakan kedua orang tuanya.
Hari ini tiba saatnya LIda berjuang. Ia berusaha
menenangkan hatinya agar tidak merasa khawatir dan was-was saat ujian
berlangsung.
“ Ya Allah, bantulah aku dan berilah aku kemudahan dalam
mengerjakan ujian ini.”, Ucap Lida dalam setiap do’anya setelah sholat.
Lida berangkat lebih pagi dari biasanya. Meskipun jarak
rumah dengan sekolahnya dekat, tapi ia tak ingin berangkat siang karena bisa
membuat pikrannya kacau dan tergesa-gesa. Ia ingin lebih santai dan berusaha
agar tidak tegang.
“ Ma, Lida berangkat dulu ya.”, pamit Lida kepada ibunya
setelah ia selesai makan pagi. Kemudian ia bersalaman dan mencium tangan ibunya
itu.
“ Iya. Hati-hati ya di jalan jangan lupa baca doa dulu
sebelum mengerjakan ya. Jangan tegang, dibuat seperti ulangan saja.”, nasihat
ibunya.
Lida merasa lebih
tenang mendengar pesan dari ibunya itu. Ia semakin bertambah semangat untuk
mengerjakan ujian nanti.
Kemudian ia menghampiri ayahnya. “ Pak, Lida berangkat
dulu ya.”, pamit Lida. “ Iya. Jangan lupa baca doa dulu.”, kata ayahnya.
“Iya, Pak.”, jawab Lida sembari menyalami dan mencium
tangan ayahnya.
Kemudian LIda bergeas
megambil sepatu dan memakainya.
Sesampainya LIda di sekolah ternyata sudah ada tiga
sahabat karibnya, yaitu Safi, Erni, dan Noni, serta beberapa teman-temannya
yang akan melaksanaan ujian. Seperti peraturan biasanya, adik kelas yang kelas
5 di jadwal untuk datang ke sekolah sebelum ujian berlangsung. Mereka biasanya datang
pukul setengah tujuh. Tugas mereka adalah menyapu ruang yang akan digunakan
untuk ujian serta merapikannya.
“ Hei !!!”, sapa Lida mengagetkan ketiga teman karibnya
itu.
“ leeeeehhh, LIda ! Kamu lho ngagetin aja sie!”, kata
Safi yang merasa kaget dan telah terganggu kesibukkannya membaca soal-soal di
buku detik-detik.
“ Iya, Lida ! Nggak tau apa kita lagi sibuk
ngobrol-ngobrol ya ni?”, protes Erni yang sedang ngobrol-ngobrol dengan Noni.
“ Iya tu, Er. Untung kita nggak jantungan. Coba kalau
kita jantungan, nggak bisa ngerjain ujian nanti kan!”, kata Noni ikut-ikutan
protes.
“ Hehehe, maaf ya teman-temanku sayang. Abisnya Safi lagi
fokus buat belajar malah kalian berdua sibuk ngobrol-ngobrol terus. Jadinya ya
aku kagetin aja. Hehehe..”
“ Iya nie, Da. Mereka berdua dari tadi berangkat ngobrol
terus. Nggak cape-cape. Pancen Miss Crewet, hehehe..”
“ Lha, dari kemarin kan udah belajar terus tu, jenuh kan?
Mending sebelum ujian berlangsung kita refresing sebentar biar nggak tegang
gitu. Ya nggak, Ni?”
“ Iya, bener banget tu kata Erni.”, kata Noni sambil
memandang Erni dan kemudian keduanya tertawa.
“ Ahhh, dasar soulmate!”, kata Lida dan Safi bersamaan.
Noni dan Erni melanjutkan tertawanya.
“ Pada asyik banget. Ngobrol apa koh.. aku nggak
diajak,”, kata Arti tiba-tiba.
“ Yeeee, siapa suruh baru berangkat. Rahasia donk ! Ya
nggak temen-temen?”, kata Erni ngledek.
“ Iya….”, jawab Noni, Safi, dan Lida bersamaan. Kemudian
mereka berempat tertawa.
Muka Arti memerah. Ia merasa teman-temannya itu tidak mau
berbagi lagi dengannya atau mungkin tadi membicarakan tentang dirinya. Tetapi
bukannya ia pergi, ia malah duduk disamping Lida.
“ Nggak ada rahasia kok, Ti. Kita cuman lagi bercandaan
aja. Hehehe..”, kata Lida kepada Arti, sahabat karibnya juga.
Arti nggak mau kalah,ia juga akan membalasnya. “ Ihhh,
nggak lucu tau !“.
“ Maaf deh, Ti. Kita kan cuman bercanda. Kamu janagn
marah donk. Kamu kaya nggak tau kita-kita aja yang sukanya bercanda.”, kata
Safi berusaha agar Arti tidak marah lagi.
“ Tapi nggak gitu juga kali bercandanya. Aku kan baru
berangkat.”, kata Arti pura-pura tidak tau.
“ Iya-iya deh. Kita minta maaf ya?”, kata Noni.
“ Iya. Maaf ya?”, kata Erni.
“ Hahaha. Iya-iya, nggak papa kok temen-temen. Hehehe”,
Safi, Erni,Lida dan Noni telah tetipu oleh Arti. “
Owalah. Bales ya..Huuuu”, kata Erni. Arti hanya tertawa terbahak-bahak karena
teman-temannya itu telah tertipu olehnya.
Kelima sahabat karib yang nama persahabatannya ‘
de’rainby ’ ini kemudian belajar bersama dan saling membantu. Alasan mereka
memberi nama de’rainby karena mereka nge-fans berat dengan persahabatan yang bernama
derainbow di sinetron Kepompong di SCTV dan kebetulan juga personilnya lima
orang. Walaupun salah satu personilnya adalah cowo, tapi nggak masalah bagi
mereka dan yang penting mereka nge-fans banget. Hampir setiap episodnya nggak
pernah mereka lewatkan untuk ditonton.
Tak lama kemudian, Catur memanggil lima sahabat ini. “
Woi ! Kumpul ke kelas satu sekarang!”, katanya. Mereka semua menoleh pada
Catur. “ Iya-iya..”, jawab Safi. Seketika itu kemudian mereka membereskan buku
yang digunakan untuk belajar dan dimasukkan ke dalam tas mereka masing-masing.
Lalu bergegas menuju kelas satu.
Setelah semua peserta ujian kumpul, Pak Sakimun selaku
wali kelas enam itu memberi nasihat banyak hal agar semua peserta ujian tidak
merasa tegang. Selanjutnya beliau memimpin doa bersama.
Waktu menunjukan pukul 07.10, pertanda 20 menit lagi akan
dimulai ujian pertama yaitu mapel Bahasa Indonesia. Semua peserta ujian sudah
merasa siap dan sudan lebih santai. Hanya beberapa anak saja yang masih
membaca-baca. 10 menit kemudian semua peserta ujian berbaris di depan ruang
ujian mereka. Ruang ujian yang terpakai hanya dua karena jumlah pesertanya 23
anak.
Semua peserta ujian masuk ke dalam ruang mereka
masing-masing.
“ Santai aja, Put.”, kata Lida kepada teman yang duduk di
depannya itu.
“ Hehehe, iya, Lid.”, jawab Putri sambil tersenyum.
Pengawas lalu menmbagikan soal ujian dan LJK kepada
setiap peserta. Setelah bel pertama berbunyi, mereka mengisi LJK dengan benar.
Kemudia bunyi bel kedua berbunyi dan saat itulah mereka boleh memegang soal
lalu mengerjakannya. Mereka mengerjakan dengan teliti. Sedikit demi sedikit
rasa tegang mereka mulai berkurang.
Kring kring kring …..
Bel waktu kurang 10 menit telah berbunyi. Beberapa anak
ada yang belum selesai dan langsung menyelesaikannya. Sedangkan yang sudah
selesai diperintahkan oleh pengawas agar meneliti jawabannya lagi.
10 menit telah berlalu. Pertanda waktu mengerjakan telah
selesai.
“ Alhamdulillah..”, ucap Lida bersyukur kepada Allah.
Lida keluar dari ruangan. Begitupula Safi, Noni, dan Erni
yang kebetulan satu ruanga dengan Lida. Arti pun sudah keluar yang ruangannya
di ruang kedua. Lima sahabat ini kemudian berkumpul menjadi satu. Mereka
membicarakan tentang soal-soal Bahasa Indonesia tadi.
“ Banyak yang jebak koh jawabannya.”, kata Safi
tiba-tiba.
“ Iya. Jhant, harus lebih teliti lagi buat mahami.”,
sambung Erni.
“ Sebenernya gampang-gampang susah sie ya.”, sambung Arti
juga.
“ Iya. Aku takut.”, kata Noni dengan rasa khawatir.
“ Kita optimis aja. InsyaAllah apapun hasilnya itu
terbaik untuk kita.”, kata Lida menenangkan pikiran teman-temannya itu.
Walaupun sebenarnya ia juga merasa khawatir akan hasilnya nanti.
Kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing. Istirahat
sebentar, kemudian mempersiapkan untuk belajar mapel ujian besok, yaitu
matematika.
Sore harinya ketika Erni akan belajar. “ Duh, gimana ya?
Besok metematika. Kenapa aku tadi nggak minta diajari Lida dulu ya?”, kata Erni
kepada dirinya sendiri dengan muka sedih dan takut.
“ Erni….”
“ Dalem. Ehh, kamu Ni. Ada apa?”
“ Aku ajari matematika donk !”
“ Kamu kan tau yang bisa matematika itu Lida. Kok kamu
malah minta diajari aku?”, Tanya Erni penuh dengan keheranan.
“ Ya abisnya rumah Lida kan jauh, Er. Terus gimana nie?
Ke tempat Safi yuh?”, ajak Noni.
“ Yuh..”
Kemudian mereka berdua berangkat ke rumah Safi yang tidak
begitu jauh dari rumah mereka. Sesampainya, mereka belajar bersama. Meskipun
mereka terkadang bingung, tapi belajar bersama lebih baik dari pada harus belajar
sendiri dan bingung sendiri.
“ Wiiii, tumben nie udah kumpul lengkap. Aku yang teakhir
jadinya.”, kata Lida keesokkan harinya saat sampai di sekolah.
“ Lida sini cepetan. Ajari kita matematika donk!”, pinta
Arti.
“ Iya. Bingung nie.”, kata Noni mrnyambung.
“ Iya. Tapi belajar bareng aja ya? Aku kan bukan guru.
Hehehe”, kata Lida menenangkan suasana.
Setelah itu mereka belajar bersama. Saling membantu. Lida
pun membantu dengan sabar.
Waktu telah menunjukan pukul 09.30. pertanda selesai
waktu ujian. Muka teman-teman Lida setelah keluar dari ruangan kelihatan sangat
sedih. Mereka merasa susah mengerjakannya. Berbeda dengan Lida yang merasa
tidak terlalu khawatir dengan hasilnya karena sebagian besar dapat
mengerjakannya, cuman beberapa nomor yang masih ia ragukan.
“ Lida, gimana nie? Susah banget soal-soalnya?”, kata
Erni ketika baru keluar ruangan.
“ iya, Da. Aku takut.”, kata Noni.
“ Optimis aja ya temen-temen !”, kata Lida dengan
tersenyum kepada teman-temannya itu.
“ Iya, kamu bisa bilang kaya gitu, Da. Kan kamu bisa
ngerjain, nggak kaya kita-kita!”, kata Safi yang baru saja datang dengan raut
muka sedih.
“ Kalian jangan gitu donk ! Kita optimis aja ya. Udah,
kita pikirin buat ujian besok aja, oke !”
Seketika itu suasana
hening, seakan tak ada kekuatan untuk berbicara. Lida yang begitu mengerti
bagaimana perasaan sahabatnya itu memilih untuk tidak banyak bicara. Apalagi
Arti yang sedari tadi hanya diam meskipun ada diantara empat sahabatnya itu.
Arti tak mampu mengatakan kata apapun, yang ia rasakan hanya takut.
Seperti biasa mereka berempat kecuali Lida pulang
bersama, karena arah rumah Lida berbeda dengan arah rumah keempat sahabatnya
itu. Lida tidak pulang sendiri, namun seperti biasa ia pulang dengan
teman-temannya, yaitu Ifah, Catur, dan Ali. Teman-temannya itu pun tak berbeda
dengan keempat sahabatnya, yaitu memuji Lida yang sebagian besar bisa
mengerjakan soal ujian tadi.
Malam ini Lida begitu serius belajar mapel IPA untuk
ujian besok. Lida begitu lemah dalam hal menghafal, tetapi ia sangat suka
menghitung. Makanya bagi Lida mapel UASBN yang paling sulit adalah mapel IPA.
Lida ingin nilainya bagus dan setidaknya tidak jauh dari nilai UASBNnya yang
lain.
Pagi ini begitu cerah, begitu pula dengan semangat Lida
yang belum padam meskipun sudah hari terakhir UASBN. “
Biamillahirrohmanirrohim”, ucap Lida setiap akan memulai mengerjakan ujian. Ia
sangat positif thinking dan ia tak mau khawatir karena itu bisa membuatnya
lupa. Meskipun soalnya menurut Lida paling sulit diantara mapel yang sebelumnya,
tetapi ia berusaha untuk tenang dan mengatur pola pikirnya walaupun sudah
bingung.
Selesai mengerjakan soal ujian, Lida keluar dengan
perasaan yang cukup sedih. Karena beberapa soal ia tidak yakin dengan
jawabannya. Tapi ia tak mau perlihatkan itu semua kepada sahabatnya, meskipun
sahabatnya itu juga kesusahan saat mengerjakan. Lida hanya bisa pasrah kepada
Allah agar nilainya tidak jauh berbeda denga nilai mapel yang lainnya.
Lida dan sahabatnya tidak begitu lama di sekolah. Mereka
hanya duduk-duduk sebantar di papan nama sekolah yang merupakan tempat favorit
mereka sejak dulu. Hampir setiap pagi merka duduk di tempat itu menunggu bel
masuk berbunyi. Bisa di bilang itu adalah markas de’rainby.
Karena ujian telah selesai semua, anak-anak kelas enam
jarang berangkat ke sekolah. Mereka berangkat hanya beberapa kali karena memang
diharuskan berangkat. Sebenarnya Lida bosan jika ia harus di rumah terus,
apalagi kakaknya yang kelas 12 itu sibuk mondar-mandir mengurus masuk ke universitas.
Beberapa kali juga ke luar kota.
Beberapa bulan kemudian tiba saatnya pengumuman ujian.
Hari ini semua anak kelas enam berangkat untuk mengambil kertas pengumuman
lulus atau tidak. Setelah semuanya menerima amplop pengumuman tersebut, lalu
mereka semua berkumpul menjadi satu dan membuka amplop tersebut bersamaan.
Tangis bahagia mulai tertetes dari mata mereka semua. Alhamdulillah, semuanya
lulus.
Setelah membuka isi amplop dan membacanya, Lida langsung
memeluk Safi yang saat itu ada di dekatnya. Mereka menangis bersama karena
perjuangan mereka selama ini tidak sia-sia. Kemudian Lida juga memeluk semua
sahabat-sahabatnya itu. Mereka akan pulang dengan berkata “ Pah, Mah, aku lulus
! ”
Tiba-tiba terdengar suara adzan. Lida lupa, ternyata ia
telah membayangkan kenangan terindahnya itu cukup lama. Lekas ia segera bangun
dari tempat tidurnya. Kemudian keluar menuju ke kamar mandi dan mengambil air
wudhu lalu bergegas sholat subuh berjamaah dengan kedua orang tuanya. Sehabis
sholat, Lida bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya. Hari ini adalah
hari pertama ia MOS.
Pengarang : ITSNA MAULIDA NUR HIDAYAH
Comments
Post a Comment