Penulis Cerpen "Jadian" |
Seperti biasa Vina menunggu bus
menuju rumahnya di halte. Tiba-tiba suara cowok yang di kenalnya menyeletuk.
“Selamat siang, Dik Vina. Mau
pulang ya ?,” Vina mencoba bersikap tenang seperti biasa. Ia hanya tersenyum
menanggapi ulah cowok itu.
Vina menaksir
bahwa cowok itu berusia 16 tahun, kelas 2 SMU. Sedangkan Vina sendiri berusia
17 tahun, kelas 3 SMU.
Cowok
itu tidak tahu bahwa Vina lebih tua karena Vina mempunyai wajah yang kekanakan,
langsing, dengan tinggi tubuh tidak lebih dari 142 cm. Padahal ia sudah kelas 3
SMU. Hal itu memang membuatnya rendah diri. Senior yang disukainya selalu
mengejeknya dan membuat patah hati.
“Dik Vina, aku bawa motor, kalau
tidak keberatan…”
Vina menatap cowok itu dengan
heran.
“Maaf, kita baru saja bertemu
tiga hari yang lalu dank au selalu memanggilku ‘Dik Vina’ sedangkan aku tidak tahu namamu.” Cowok itu
menyerahkan helm pada Vina. Dan anehnya, Vina menerima helm lalu duduk di
belakang cowok itu.
“My name is Hasky.” Hasky
menatapnya dari spion motor.
“Pegangan yang erat!.”
Sepanjang jalan
mereka mengobrol dan Vina merasa obrolan mereka nyambung. Vina merasa heran
karena ia dapat berbicara dengan lancer dengan Hasky yang baru ditemuinya tiga
hari yang lalu. Setelah sampai di depan rumah, Vina mengucapkan terima kasih.
“Eh Dik, sekolah di SMA 1 kan ?
Kelas 1 apa ? Kebetulan adikku sekolah di sana.” Hasky menatap Vina dengan
senyum manis.
“Tanya saja adikmu. Yuk!” Vina
membalas senyumnya dan masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi.
Esok
harinya di sekolah saat istirahat, Julia menghampirinya. Julia juniornya di EF
(English Forum).
“Hay Lia ? Ada masalah ?” kata
Vina.
“Tidak, bukan itu. Ada salam dari
Kak Hasky, kakakku.” Julia tertawa.
“Dasar, kakakku tidak tahu kalau
Kak Vina kelas 3 SMA. Kemarin ia bertanya apakah aku mempunyai teman seangkatan
yang bernama Vina, bertubuh mungil, manis, dan berkulit putih. Ku bilang
padanya bahwa siswa bernama Vina dengan ciri-ciri itu hanya ada di kelas 3,”
ucap Julia.
“Ia juga minta maaf. Oke deh, Kak
Vina Lia ke perpustakaan dulu ya,” pamit Julia. Vina pun tersenyum sendiri.
Sejak
kejadian itu Vina tidak pernah bertemu lagi dengan Hasky. Vina agak kehiangan
dan perasaanya terasa hampa. Vina tersenyum sendiri. Ia merasa heran karena ia
merindukan Hasky.
“Kemana Hasky ? Apa ia jadi tidak
suka padaku karena ternyata aku ini kelas 3 SMA dan bertubuh lebih pendek dari
siswa kelas 3 SMA kebanyakan,” gumam Vina.
Tiba-tiba
Hasky sudah berdiri di hadapannya. Ia memperlihatkan senyum manisnya dan
menyapa Vina.
“Hay!,” sapa Hasky. Jantung Vina
tiba-tiba berdebar kencang dan pipinya terasa hangat.
“Menunggu bus?,” tanya Hasky.
Vina hanya mengangguk.
“Aku minta maaf,” ucap Hasky.
“Ah, tidak…”
“Vin, kamu mau menjadi pacarku?,”
Hasky bertanya sambil memunggunginya. Karena Vina diam saja, Hasky berbalik
menghadapinya, ia terlihat canggung.
“Vin…”
“Aku seperti anak kecil, tapi aku
lebih tua darimu,” kata Vina
“Tidak masalah. Aku melihat
pribadimu, bukan luarnya,” ucap Hasky lebih dipertegas.
“Benarkah ?,” Vina seakan tidak
percaya akan ucapan Hasky.
Hasky mengangguk. Ia mengacak-acak
rambut Vina sayang. Vina kini tidak merasa rendah diri lagi. Ternyata meski
tidak mempunyai tubuh yang tinggi, ada yang menyukainya apa adanya.
Penulis cerpen by Dinar Ayu
Admin by Widyatri Anggita
Comments
Post a Comment