Orang-orang Kolongan
Ada aku disini
Ada kami yang duduk diatas tumpukan kardus itu
Ada kami disini yang melihat megahnya istana itu
Ada kami disini yang terbaring bersama makhluk yang sekasta
Deru kendaraan adalah musik gratisku
Peluh adalah sahabat sejatiku dan
Matahari obat semangat hidup kami
Ya...
Semangat untuk tetap kuat, demi receh untuk menambal perutku
Tak ada yang peduli, tak ada yang mencintai
Mungkin, orang besar itu hanya memikirkan dasi
Hanya memikirkan kursi mereka
Tanpa peduli derita dan nistanya kami di kolong ini
Apa mereka benci dengan kami yang penuh debu?
Benci dengan kami yang penuh darah hasil tepukan nyamuk di tubuh kami?
Mereka selalu menghiasi fikiran kami
Kami muak dengan sikap manja orang besar itu
Geram dengan orang berperut buncit itu
Ingin sekali kurobek baju yang mereka banggakan itu
Hingga senja itu, gempita suara decitan sepatu boots
dan erangan mesin-mesin besar mengguncang gubuk kami
merobohkan jantung kami
Apa dunia ini tak sudi melihat kami tersenyum?
Iya...
Inilah kami,
Derita hidup orang-orang kolongan
Di tengah kehidupan metropolitan
Comments
Post a Comment