Jumat (14/2) kota Purbalingga diguyur hujan abu yang
cukup tebal. Selain itu, turun pula hujan yang lebat disertai petir yang
menyambar. Hujan abu tersebut disebabkan karena meletusnya gunung Kelud di Jawa
Timur. Meski begitu, aktivitas warga Purbalingga tetap berjalan seperti biasa.
Seperti berangkat sekolah dan berangkat bekerja.
Widya mengaku bahwa ia cukup terkejut dengan keadaan
pada pagi hari saat ia akan berangkat sekolah. Sebab, di perjalanan menuju SMA
Negeri 2 Purbalingga hujan abu sudah turun. Siswa kelas X MIIA 4 itu juga
mengaku bahwa ia tidak tahu mengenai gunung Kelud yang telah mengeluarkan isi
perutnya. “Malah aku fikir keadaan gelap karena mau kiamat. Udah langitnya
gelap, hujan abu, banyak petir , ditambah lagi sekarang hari Jumat,” tuturnya
saat ia akan melaksanakan sholat dhuha di sekolah bersama dengan
teman-temannya.
Tak hanya Widya, Erika (X MIIA 4) juga sempat berpikiran serupa. Sensasi menakutkan itu semakin terasa, sebab ia berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda. Tanpa sadar, abu-abu itu pun sudah melekat dan mengotori seragamnya. “Rumah saya kan di sebelah timur. Dari rumah itu gelap banget, tapi kok waktu di Kalikajar aku lihat sebelah barat itu nggak gelap. Jadi yang ada di pikiranku itu, apa mataharinya terbit dari barat? Apa ini mau kiamat? Pokoknya di perjalanan aku takut banget,“ lanjut Erika. 2 siswa SMANDA ini akhirnya merasa lega setelah tahu bahwa itu hanya efek dari erupsi gunung Kelud.
Mereka juga turut merasa sedih dengan meletusnya gunung Kelud. Sebab pada jarak yang jauh saja mereka bisa merasakan efek dari abu vulkanik, bagaimana dengan wilayah yang jaraknya dekat dengan gunung tersebut. ”Semoga warga di sekitar gunung Kelud diberi ketabahan dan kesabaran atas bencana ini,” kata Widya melanjutkan. “Dengan adanya peristiwa ini, semoga kita lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt,” ujar Erika pada akhir pembicaraan.
Tak hanya Widya, Erika (X MIIA 4) juga sempat berpikiran serupa. Sensasi menakutkan itu semakin terasa, sebab ia berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda. Tanpa sadar, abu-abu itu pun sudah melekat dan mengotori seragamnya. “Rumah saya kan di sebelah timur. Dari rumah itu gelap banget, tapi kok waktu di Kalikajar aku lihat sebelah barat itu nggak gelap. Jadi yang ada di pikiranku itu, apa mataharinya terbit dari barat? Apa ini mau kiamat? Pokoknya di perjalanan aku takut banget,“ lanjut Erika. 2 siswa SMANDA ini akhirnya merasa lega setelah tahu bahwa itu hanya efek dari erupsi gunung Kelud.
Mereka juga turut merasa sedih dengan meletusnya gunung Kelud. Sebab pada jarak yang jauh saja mereka bisa merasakan efek dari abu vulkanik, bagaimana dengan wilayah yang jaraknya dekat dengan gunung tersebut. ”Semoga warga di sekitar gunung Kelud diberi ketabahan dan kesabaran atas bencana ini,” kata Widya melanjutkan. “Dengan adanya peristiwa ini, semoga kita lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt,” ujar Erika pada akhir pembicaraan.
Report
by Windi Saputri
Redaktur
by Widyatri Anggita
Comments
Post a Comment